Baru Dilantik, Arpiansyah Fokus Atasi Ketimpangan Layanan Air Bersih di Nunukan

NUNUKAN – Sejak dilantik pada 15 Oktober 2025 lalu, Direktur Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Taka Nunukan, Arpiansyah, SE., MM, langsung menancapkan gas.

Ia menegaskan fokus utama masa kepemimpinannya lima tahun ke depan pemerataan layanan air bersih hingga ke wilayah terluar Nunukan.

Langkah cepat ini sekaligus menjawab arahan Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri, SE, yang menempatkan penyediaan air bersih sebagai salah satu prioritas utama pembangunan daerah perbatasan.

“Air bersih bukan sekadar layanan teknis, tapi hak dasar warga negara. Tugas kami memastikan air sampai ke semua rumah tangga tanpa kecuali, dari pusat kota hingga pelosok,” tegas Arpiansyah, Rabu (15/10).

Bupati Irwan sebelumnya menekankan agar Tirta Taka tidak hanya fokus di kawasan perkotaan, melainkan memperluas jangkauan ke wilayah yang selama ini terpinggirkan. Arahan tersebut kini diterjemahkan Arpiansyah menjadi rencana kerja terukur dan progresif.

Salah satu langkah awal yang telah direalisasikan yakni pemulihan suplai air ke SMK Negeri 1 Nunukan. Selama hampir dua dekade, sekolah itu kekurangan air bersih karena saluran lama di kawasan Mamolo tersumbat.

Melalui koordinasi teknis dengan Dinas PUPR Nunukan, Tirta Taka melakukan pengerukan, perbaikan pipa dan pintu air. Kini, air kembali mengalir normal untuk kebutuhan sekolah dan warga sekitar.

“Sudah 20 tahun saluran itu mati. Setelah kita buka dan perbaiki bersama PUPR, air mengalir lagi. Ini bukti bahwa kerja lintas instansi, kalau kompak, hasilnya langsung dirasakan masyarakat,” ujar Arpiansyah.

Selain memperluas jaringan, Tirta Taka juga bergerak cepat mengantisipasi potensi kekeringan tahunan dengan melakukan pengerukan embung dan normalisasi saluran air baku di beberapa titik kritis.

Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas pasokan saat musim kemarau panjang melanda, sebagaimana kerap terjadi di sejumlah wilayah Nunukan.

“Embung adalah jantung sistem air baku kita. Kalau daya tampungnya turun, masyarakat langsung terdampak. Jadi, ini bentuk antisipasi jangka pendek sambil menyiapkan strategi ketahanan air jangka panjang,” jelasnya.

Dalam peta prioritas Tirta Taka, dua wilayah disebut paling mendesak yakni Sebatik dan Sebuku. Keduanya mengalami peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi, namun jaringan air bersih belum menjangkau seluruh permukiman.

“Sebatik dan Sebuku harus menjadi fokus utama. Tahun depan sebagian jaringan baru harus bisa beroperasi. Kita tidak bisa menunggu lama,” tegasnya.

Arpiansyah mengakui, tantangan terbesar masih terletak pada keterbatasan anggaran dan infrastruktur lama. Karena itu, ia menyiapkan strategi efisiensi operasional, digitalisasi manajemen pelanggan, dan membuka ruang kemitraan dengan pihak swasta.

“Kita tidak boleh berhenti hanya karena soal anggaran. Yang penting pelayanan kepada masyarakat tetap jalan. Efisiensi internal dan kolaborasi menjadi kunci,” ujarnya.

Selain aspek kuantitas, Tirta Taka juga tengah menyiapkan program peningkatan kualitas air melalui optimalisasi instalasi pengolahan, pengawasan mutu berbasis sensor, dan sistem digital monitoring jaringan.

Langkah ini diharapkan membuat perusahaan lebih profesional dan adaptif terhadap tantangan baru, seperti perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan air di kawasan industri.

“Kami ingin Tirta Taka tidak lagi sekadar operator air, tapi jadi institusi layanan publik yang modern dan transparan,” tambahnya.

Pemerintah daerah dan Tirta Taka kini tengah merumuskan rencana jangka menengah dan panjang untuk ketahanan air Nunukan, meliputi pengembangan sumber air baru, rehabilitasi embung lama, hingga penerapan teknologi pemantauan debit secara real-time.

“Air bukan hanya untuk hari ini. Ia adalah warisan bagi anak cucu kita. Karena itu, setiap tetesnya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab,” tutup Arpiansyah.(*)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan