Categories: Nunukan

Kisah Warga Jamaker Wakafkan Mobilnya ke SMAIT Ibnu Sina Sebelum Meninggal

Published by
admin
Jika biasanya terdengar wakaf yang diberikan adalah sebidang tanah maupun bangunan. Namun tak bagi Ahmad, kelahiran 1973 silam. Pria ini mewakafkan satu unit mobilnya kepada SMAIT Ibnu Sina Boarding School Nunukan, sebelum dinyatakan meninggal pada 6 November 2023.

NAMANYA, Ahmad dikenal warga Jamaker, Nunukan Barat, sebagai pemilik rental mobil. Dia memiliki seorang istri bernama Jumatia (41) dan tiga orang anak. Dimana anak tertuanya, duduk dibangku kuliah, anak keduanya duduk SMAIT Ibu Sina dan anak ketiganya di SD/MI.

Namun penyakit yang tiba-tiba datang pada tanggal 1 November 2023 lalu, membuat Ahmad harus menjalani perawatan medis di ruang ICU RSUD Nunukan. Enam hari kemudian, Ahmad pun tutup usia.

Namun beberapa bulan sebelum meninggal, Ahmad sering kali bercerita kepada istrinya bahwa ingin mewakafkan satu mobilnya ke SMAIT Ibnu Sina, tempat anak keduanya menjalani pendidikan. Bahkan, anak tertuanya juga lulusan dari sekolah tersebut.

“Sejak beberapa bulan terakhir, bapak (suaminya) sudah sering mau hibahkan mobilnya. Tapi saya hanya diam saja setiap kali dia bahas itu,” terang Jumiati kepada Koran Kaltara, Jumat (5/1).

Bahkan, beberapa hari sebelum jatuh sakit, almarhum suaminya masih sempat ingin menyerahkan mobil Innova tersebut ke sekolah.

“Selama ini, kita nggak ada tahu almarhum sakit apa. Karena, almarhum tidak pernah atau pun mengeluh sakit. Apalagi, di depan anak-anaknya,” ujarnya.

Alasan suaminya ingin mewakafkan mobilnya dikarenakan selama ini saat mengantar anaknya sekolah, melihat mobil operasional sekolah yang sudah tidak layak digunakan, bahkan sering rusak.

“Sebenarnya almarhum ini mungkin hanya menunggu saya bilang iya saja (hibahkan mobilnya). Waktu itu dalam hati sebenarnya saya mau, tapi tidak tahu kenapa juga saya tidak pernah mengucapkan iya,” ucapnya.

Satu hari sebelum suaminya dinyatakan meninggal, Jumatia pun sempat teringat dengan keinginan suaminya yang selalu mengatakan ingin salah satu dari tiga mobilnya untuk dihibahkan ke sekolah.

“Disitu saya bisikan dia. Saya bilang ‘pak bangunlah sudah pak, kita serahkan mobilnya ke sekolah. Bahkan, saya juga sudah ketemu dengan kepala sekolah. Tapi besok subuhnya suami saya sudah meninggal dunia,” sebutnya.

Amanah inilah yang terus dipegang Jumiati hingga akhirnya mewakafkan mobil tersebut kepada pihak sekolah pada Jumat (5/1) pagi.

“Kenapa baru sekarang serahkan, karena saya antar ke bengkel dulu, untuk dilakukan perbaiki secara menyeluruh sebelum diserahkan. Ini pun arahan almarhum suami saya sebelum meninggal,” ujarnya

Dia pun mengaku ikhlas dan bangga terhadap suaminya yang masih mementingkan anak-anak yang bersekolah. “Kita berharap apa yang diwakaf kan ini dapat digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Semoga ini bisa menjadi amal jariyah buat suami saya,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAIT Ibnu Sina, Ustadzah Arpiah menyampaikan terimakasih dan rasa syukurnya atas wakaf mobil tersebut. Namun disisi lain, dia mengaku sangat sedih dan belasungkawa atas meninggalnya wali muridnya.

“Apalagi saya juga sangat kenal dekat dengan almarhum. Beliau selalu membantu kami di sekolah dengan segala urusan sekolah,” terangnya.
Dia mengaku dulunya memang pernah ada mobil operasional sekolah yang dipinjamkan dari Yayasan. Mobil tersebut merupakan bekas dan tidak layak pakai lagi.

“Kalau tidak salah mau tiga tahunan kita gunakan. Tapi sering rusak. Makanya dengan mobil wakaf ini sangat bermanfaat bagi kami. Apalagi, sekolah jaraknya sangat jauh dari kota, sehingga sangat membutuhkan mobil untuk antar jemput ketika ada kegiatan diluar sekolah,” bebernya.

Dia menceritakan awal almarhum ingin mewakafkan mobilnya, kemungkinan terjadi pada saat mobil operasional sekolah masuk bengkel. Disitu mobil operasional sekolah melakukan ganti ban bekas.

“Kebetulan almarhum juga ada di bengkel itu. Dia heran kok mobil operasional hanya ganti ban bekas. Bahkan beliau juga sempat bilang, kalau ban mobilnya bisa dipindahkan ke mobil operasional maka dilangsung dipindahkan saja,” pungkasnya.

Dia pun tak menyangka jika mobil yang menjadi operasional sekolah saat ini adalah mobilnya almarhum yang diwakafkan. Sebab, dirinya pernah bercerita dengan almarhum bahwa bersama-sama untuk mencari pengusaha yang mau menghibahkan satu kendaraan untuk operasional.

“Almarhum selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Bahkan ia selalu mau mengantar dan menjemput anak-anak sekolah apabila ada kegiatan sekolah,” sebutnya.

Saat ini, sekolah SMAIT Ibnu Sina memiliki 3 ruang kelas dengan total siswa sebanyak 72 orang. Nantinya, mobil operasional ini akan dijadikan mobil antar jemput anak anak sekolah yang tinggal di asrama. Begitu juga kegiatan lainnya yang menyangkut sekolah.

“Kalau anak-anak yang sekolah disini, itu kebanyakan anak Nunukan , ada juga dari Pulau Sebatik dan Sei Menggaris dan beberapa dari luar Nunukan. Insyaallah tahun depan kita pindah dibangun baru yang depan kantor DPRD,” tuturnya.(*)

admin

This website uses cookies.