Categories: Nunukan

Sudah 90 Persen SD di Pedalaman Sudah Terakses Jaringan Internet

Published by
admin

NUNUKAN – Keseriusan Pemkab Nunukan untuk meratakan akses jaringan internet di seluruh sekolah yang masuk blank spot di Kabupaten Nunukan ternyata tak sekedar omongan belaka.

Sebab, hingga saat ini sudah ada 72 Sekolah Dasar (SD) di daerah terpencil kini telah tersambung jaringan internet berkat pemasangan perangkat Starlink, sebagai bagian dari program 100 hari kerja Bupati Nunukan.

Program ini merupakan bagian dari 17 program prioritas daerah yang diusung Bupati, dengan fokus pada percepatan pemerataan akses pendidikan dan administrasi sekolah berbasis digital.

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Nunukan, Akhmad mengatakan pemasangan starlink ini dilakukan mulai dari Sei Menggaris, Lumbis, Krayan, Sembakung dan daerah-daerah pedalaman lainnya.

“Program ini sangat tepat sekali ditengah tingginya arusnya digitalisasi. Karena, ini sangat memudahkan para guru dan siswa,” ungkapnya.

Lewat sinyal dari langit, kata dia, para guru bisa bisa mengakses pembelajaran daring, asesmen nasional, dan administrasi sekolah secara digital tanpa harus mencari lokasi titik yang ada jaringannya. Termasuk menyusun Rencana Pembelajaran Semester (RPS).

“Semuanya kita lengkapi, mulai perangkat Starlink, panel surya, genset, hingga instalasi kelistrikan agar koneksi tetap menyala meski jauh dari jangkauan PLN,” ungkapnya.

Jika dikalkulasi dengan jumlah SD yang ada di Kabupaten Nunukan mencapai 139 sekolah, maka pemasangan starlink sudah menyentuh angka 90 persen. Bahkan, dia menargetkan akan menyelesaikan dalam waktu dekat ini.

“Kita lakukan bertahap. Kalau untuk di Pulau Nunukan itu hanya satu SD saja. Karena wilayah Nunukan kan sudah terakses internet. Rencananya nanti dalam waktu dekat ini akan di louncing oleh Bupati Nunukan,” tambahnya.

Setelah pemasangan di SD, pihaknya akan melanjutkan ke tingkat SMP. Tentunya, untuk sekolah yang benar-benar belum tersentuh jaringan. Pemerintah juga akan terus melakukan pemantauan dan pemeliharaan perangkat untuk menjamin keberlanjutan koneksi.

“Semua siap, tinggal menunggu waktu peluncuran resmi yang direncanakan akan dilakukan via Zoom serentak bersama seluruh sekolah,” jelasnya.

Transformasi digital di wilayah pedalaman ini menjadi bukti bahwa teknologi bisa menjembatani kesenjangan, memberikan harapan baru, dan membuka akses pendidikan yang setara bagi semua.

Selama ini, kata dia, perjuangan guru maupun para siswa untuk mendapatkan akses internet tidak lah mudah. Misal di daerah Sembakung, mereka harus naik perahu untuk mendapat titik jaringan.

“Nah sekarang, begitu alat dipasang, langsung on. Tidak menunggu lama, guru bisa akses RPS, siswa bisa belajar daring, dan sekolah bisa kelola data administrasi dengan lancar. Bahkan, mereka sudah uji coba,” jelasnya.

Program ini tidak hanya menyentuh aspek teknis, tapi juga berdampak langsung pada kualitas pendidikan dan efisiensi operasional sekolah. Digitalisasi membuat proses manajemen pendidikan lebih tertata. Guru kini bisa mengakses akun belajar, melakukan input data, mengelola kurikulum, dan mengikuti pelatihan daring tanpa harus keluar dari desanya.

“Jadi, sangat terbantu. Biasanya harus ke kecamatan atau ke kota hanya untuk buka email atau kirim laporan. Sekarang cukup di sekolah saja,” tambahnya.

Dia juga menjelaskan beberapa sekolah lainnya diketahui sudah berinisiatif mengadakan internet sendiri melalui dana BOS Kinerja, dan Pemerintah Daerah tetap mengapresiasi langkah tersebut sebagai bentuk kemandirian satuan pendidikan.

“Kami pastikan seluruh perangkat dipantau dan dirawat. Kalau ada kerusakan, langsung ditangani. Fokus kami bukan hanya memasang, tapi memastikan internet benar-benar bisa dipakai dan membantu proses pendidikan,” tegasnya.

Menurut rencana, peluncuran resmi program ini akan dilakukan secara simbolis melalui Zoom meeting serentak dengan seluruh sekolah penerima, bertepatan dengan 100 hari kerja Bupati.(*)

admin

This website uses cookies.