<p>NUNUKAN – Bupati Nunukan H. Irwan Sabri meluncurkan tiga proyek perubahan strategis dalam birokrasi Kabupaten Nunukan, Rabu (6/8/2025), di ruang Serbaguna Kantor Bupati.</p>



<p>Namun, di balik peluncuran tersebut, ia menyuarakan peringatan keras: &#8220;Jangan cuma jadi macan kertas. Buktikan bekerja di lapangan!&#8221;</p>



<p>Tiga proyek perubahan ini digagas para pejabat eselon melalui Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA), dan disebut sebagai “starting point” menuju birokrasi yang lebih responsif, solutif, dan berdampak nyata.</p>



<p>Ketiga proyek itu yakni pertama, PELITA (Pemuda Lintas Agama), digagas Kepala Kesbangpol, Hasan Basri. Bertujuan memperkuat benteng toleransi antarumat beragama, sekaligus mencegah radikalisme sejak dini di kalangan pemuda.</p>



<p>Kedua, SEPATU (Strategi Penataan PKL dan Ketertiban Umum), Inovasi Kepala Satpol PP, Mesak Adianto. Pendekatannya menolak pengusiran paksa dan menawarkan solusi penataan humanis dan adil untuk pedagang kecil.</p>



<p>Ketiga, KASIH JKN yang merupakan terobosan Kepala Dinkes, Hj. Miskia. Mendorong kolaborasi lintas sektor, termasuk masyarakat dan swasta, guna memperluas cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).</p>



<p>Dalam sambutannya, Irwan menolak proyek ini berhenti sebagai rutinitas pelatihan atau sekadar tumpukan dokumen manis.</p>



<p>&#8220;Sebagus apapun konsepnya, kalau hanya berhenti di kertas, semuanya percuma. Masyarakat tak butuh pencitraan, mereka butuh solusi! Jangan jadi macan kertas!” tegas Irwan lantang.</p>



<p>Ia menekankan, inovasi bukan hiasan administratif, melainkan alat untuk menjawab persoalan nyata. Birokrasi, menurutnya, harus berani berubah.</p>



<p>“Perubahan bukan opsi, tapi keharusan. Cara kerja lama tidak akan menyelesaikan masalah hari ini. Birokrasi harus hidup dan peka, bukan kaku dan lamban,&#8221; tambahnya.</p>



<p>Tak hanya memuji, Irwan juga menyampaikan catatan kritis terhadap masing-masing proyek.</p>



<p>Untuk PELITA, ia memperingatkan bahwa toleransi tidak boleh dinegosiasikan. “Kerukunan harus dirawat, terutama lewat pemuda. Kita tak bisa diam menghadapi ancaman intoleransi,” tegasnya.<br>Untuk SEPATU, ia menuntut pendekatan empati. “Jangan injak-injak pedagang kecil demi ketertiban. Penataan boleh, tapi harus manusiawi dan bermartabat,&#8221; bebernya.</p>



<p>Untuk KASIH JKN, ia mendorong agar kesehatan jadi gerakan bersama, bukan semata urusan negara. “Libatkan semua elemen. Jangan biarkan rakyat menunggu terlalu lama untuk sekadar mendapatkan layanan dasar,&#8221; tambahnya.</p>



<p>Peluncuran ini menjadi cerminan transformasi birokrasi yang diharapkan Irwan: berani, peduli, dan berdampak. “Saya tidak butuh laporan bagus di meja. Saya butuh bukti di lapangan. Buktikan bahwa program ini hidup dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat!,&#8221; tegasnya lagi.</p>



<p>Irwan juga mengingatkan bahwa pelatihan PKA bukan tujuan, melainkan sarana. Ukurannya bukan sertifikat, tapi seberapa jauh inovasi itu menjawab kebutuhan masyarakat.</p>



<p>“Birokrasi yang stagnan tak akan pernah bisa menjawab zaman. Inovasi bukan gaya-gayaan. Ini soal keberanian untuk berubah demi rakyat,&#8221; pungkasnya.(*)</p>
<div class="printfriendly pf-button pf-button-content pf-alignleft"><a href="#" rel="nofollow" onClick="window.print(); return false;" title="Printer Friendly, PDF & Email"><img class="pf-button-img" src="https://cdn.printfriendly.com/buttons/printfriendly-pdf-email-button.png" alt="Print Friendly, PDF & Email" style="width: 170px;height: 24px;" /></a></div>
This website uses cookies.