NUNUKAN – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) makin gencar memperluas edukasi keuangan lewat program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN). Kali ini, sasarannya adalah Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI), Pekerja Migran Indonesia (PMI), hingga Purna PMI beserta keluarga mereka yang tersebar di wilayah perbatasan, termasuk Kabupaten Nunukan.
Bersama PT Bank Kaltimtara Cabang Nunukan, OJK hadir memberikan pemahaman penting soal pengelolaan keuangan, investasi, hingga akses layanan keuangan yang aman dan resmi.
“Kami ingin pekerja migran memiliki bekal pengetahuan untuk mengelola penghasilan mereka dengan baik, tidak hanya sekadar bekerja lalu habis begitu saja. Literasi meningkat, inklusi keuangan pun ikut tumbuh,” tegas Yulianta, Deputi Divisi Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Provinsi Kaltim-Kaltara, Selasa (24/6).
Formula Sederhana: 10-20-30-40
Masih banyak PMI yang belum tahu cara mengelola uang secara bijak. Karena itu, OJK mengenalkan formula pengelolaan sederhana: 10 persen untuk dana sosial, 20 persen untuk investasi, 30 persen untuk bayar utang, dan 40 persen untuk kebutuhan harian.
“Ini prinsip dasar agar para pahlawan devisa kita tidak terus-menerus jadi buruh migran. Kita dorong mereka punya bekal usaha saat kembali ke tanah air,” tambah Yulianta.
OJK juga menekankan pentingnya menjaga riwayat kredit yang bersih. Pasalnya, akses pembiayaan dari perbankan sangat bergantung pada rekam jejak tersebut. “Kami ajarkan bagaimana caranya mengakses kredit usaha, bukan pinjaman ilegal,” ujarnya.
Bank Kaltimtara Hadir hingga Malaysia
Komitmen ini turut diamini oleh Bank Kaltimtara. Menurut Rita, Pemimpin Sekretaris Perusahaan BPD Kaltimtara, pihaknya rutin memberikan edukasi keuangan tak hanya di Nunukan, tetapi juga hingga wilayah Sabah, Malaysia—khususnya di Tawau, tempat ribuan PMI asal Kaltara bekerja.
“Kami bantu buka rekening langsung di lokasi. Ini bagian dari inklusi keuangan. Tujuannya jelas, agar PMI tidak lagi mengirim uang lewat jalur informal yang penuh risiko,” tutur Rita.
Dengan akses ke layanan keuangan formal, PMI bisa lebih aman dalam mengelola penghasilan, menyimpan tabungan, dan berinvestasi untuk masa depan.
Efek Domino Literasi Keuangan
Tak sekadar menjadi sasaran edukasi, PMI juga diharapkan menjadi agen literasi keuangan di lingkungannya. “Kalau satu orang paham dan menyebarkan pengetahuan itu ke sepuluh orang lainnya, akan tercipta efek domino yang positif,” tutup Rita.
Dengan edukasi yang terus digencarkan, para pekerja migran kini tak hanya menjadi pahlawan devisa, tapi juga pahlawan keuangan bagi masa depan keluarga dan daerahnya.(*)
Sasar PMI di Nunukan, OJK Ajak Cerdas Kelola Uang dan Siap Mandiri Usaha
